Perspektif Yang Berbeda
Ide tulisan ini saya dapat sehabis browsing tentang extreme photograpy. Kevin Carter, seorang fotografer perang memutuskan membunuh dirinya sendiri. Terungkap bahwa ini adalah akibat dari pekerjaannya yang terlalu banyak menyaksikan hal buruk yang terjadi di medan perang. Saya yakin keputusan menjadi fotografer perang adalah hal yang diambil dengan sadar. Lengkap dengan segala resiko yang menyertainya. Tapi yang tidak disadari adalah akibat psikologis yang dibawa oleh pilihannya itu. Akibat dari begitu banyaknya hal-hal buruk yang dia lihat selama perjalanan panjangnya menjadi saksi perang-demi perang yang dia liput.
Foto seorang anak yang sedang ditunggui oleh burung pemakan bangkai ini adalah foto hasil karya Kevin Carter yang memenangkan Pulitzer Prize (penghargaan jurnalisme bergengsi Amerika). Foto yang membuatnya menjadi sangat terkenal sekaligus memberinya tekanan luar biasa yang tidak bisa dia hadapi. Tekanan publik yang menganggapnya tidak perduli dan bertindak tidak ada bedanya dengan para penjahat perang yang dia liput.
Pengaruh kejadian demi kejadian yang dia lihat dan alami telah membuat pikirannya berubah. Memutuskan bahwa tidak ada lagi hal baik di dunia ini. Padahal sebenarnya ada begitu hal baik yang masih bisa dinikmati. Menghabiskan begitu banyak waktu di medan perang walapun bukan sebagai pelaku utama membuatnya menganggap bahwa hanya hal itulah yang terjadi di dunia ini. menganggap bahwa gambaran kecil dunia peperangan adalah gambaran umum yang terjadi di seluruh dunia.
Pikiran adalah satu-satunya kebebasan yang tidak bisa dikontrol oleh siapapun diluar diri kita. Pikiran adalah semesta paling independen yang kita punya. Boleh saja seseorang melarang kita berpikir tentang suatu hal, tapi pikiran kita pasti tetap akan berpikir tentang itu. Begitu besar sebenarnya kontrol yang kita punya akan pikiran kita sehingga sering kali kita harus berhati-hati memakainya. Karena jika kita tidak benar-benar mengaturnya maka pikiran-pikiran kita bisa berkelana bebas yang bisa berakibat tidak bagus kepada pemiliknya.
Jadi untuk para fotografer perang, ada baiknya sesekali melihat dari perspektif yang berbeda agar pikiran tetap seimbang. Indahnya matahari terbenam di pantai Kuta, atau mengabadikan cantiknya semut dalam fotografi makro mungkin bisa menjadi pilihan penyeimbang. Sehingga pikiran yang bebas berkelana bisa tetap dikontrol. Menjadikannya sesuatu yang bermanfaat, bukan sesuatu yang membebani.
Sebagai penutup, semoga semua baik adanya (Sorry bro, I copied your quote)